Selasa, 12 Oktober 2010

KEKUATAN EKONOMI BANGSA DALAM PANDANGAN SAYA

Kekuatan ekonomi sebuah bangsa akan mencerminkan kekuatan bangsa itu sesungguhnya.

Dengan kekuatan ekonomi inilah suatu bangsa akan mampu mempertahankan diri dan jati dirinya dari kondisi-kondisi yang membahayakannya sebagai bangsa, kekuatan ekonomi dapat untuk membangun kekuatan pertahanan dan angkatan perang, kekuatan ekonomi dapat mencegah perpecahan dari dalam negeri bangsa itu sendiri yang disebabkan karena perasaan ketidak-adilan, kecemburuan sosial.

Kekuatan ekonomi selalu berjalan sejajar dengan peningkatkan keterampilan dan skill masyarakatnya, serta cara pandang terhadap bangsanya sendiri agar menjadi lebih baik. Membangun kekuatan ekonomi memerlukan sebuah disain kerangka berpikir para pemimpin bangsa secara bersama-sama dan saling mendukung satu sama lainnya. Sebelumnya pemimpin yang berkualitas harus mampu mengidentifikasi dahulu sektor yang memiliki sumber daya paling besar, apakah pertanian, pertambangan, kelautan (kehutanan jangan diganggu), sebab ketiga sektor ini adalah inti dari sebuah industri akan berkembang.

Sumber daya terbesar dimaksud disini tentunya adalah sumber daya yang dari segi ketersediaan/cadangan alamnya, tenaga kerja, serta tata niaganya. Dan untuk menentukan mana yang harus dipilih dan dijalankan diperlukan sebuah kajian dari para pakar melalui survey yang dapat dipertanggungjawabkan dan selanjutnya dilakukan dengan ketetapan secara nasional yang dilegitimasi oleh seluruh rakyat melalui wakil-wakilnya.
Penentuan tujuan pembangunan ekonomi tidak begitu saja diserahkan dan dipercayakan  rakyat melalui wakilnya di MPR dan DPR, yang akhirnya tidak dapat tercapai, dikarenakan para wakilnya dan pemimpinnya tidak menjalankan atau parahnya lagi, mereka tidak paham atas fungsi pengawasan dan kontrol.

Seperti sekarang ini, rakyat yang semakin tidak tahu mau kemana arah pembangunan ekonomi bangsa ini, hal ini mungkin disebabkan ketidaktahuannya(kasarnya : bodoh) pada para pemimpin pemerintahan dalam satu periode rezim kepemimpinan. Arah kebijakan ditentunkan  dengan coba-coba dan dilakukan  dengan gaya kepemimpinan coba-coba.

Setiap ganti presiden dan pemimpin yang lain pasti akan berubah pula strategi percepatan pertumbuhan ekonominya, dengan alasan strategi yang dilakukan pemerintahan sebelumnya belum dapat mencapai sasaran, maka saya akan melanjutkan dan perbaiki dengan..bla..bla..bla…(ngomong seenak udele dewe).

Kta telah merasakan sendiri betapa lemah dan terpuruknya perekonomian Indonesia saat ini, dimana rakyat yang merasakan secara langsung akibat dari cara memimpin “coba-coba”. Sepertiga bahkan mungkin lebih rakyat Indonesia untuk mengeluarkan biaya 50 cent dolar (setengah dolar) untuk sekali makan dirinya sendiri saja sudah sangat berat, ini bisa dilihat dari kehidupan masyarakat kita sehari-hari, cobalah para pemimpin itu kunjungi rumah-rumah penduduk dan bukalah tudung saji mereka, tidak akan anda temui apapun disana.

Pengumuman pemerintah yang dibacakan dengan bangga oleh para pemimpin bahwa pendapatan perkapita masyarakat Indonesia : “Versi BPS”: pendapatan per kapita masyarakat di seluruh Indonesia termasuk warga negara asing yang tinggal di Indonesia, pada 2009 adalah Rp 24,3 juta / tahun atau US$ 2.590,1″,

Sebuah drama pembohongan dan pembodohan terhadap rakyat. Pengaburan data dengan memasukan pendapatan orang asing dan juga orang yang terkayakan karena kekuasaan. Padahal kita tahu yang namanya UMR itu, ya pemerintah sendiri yang menetapkan, masih banyak daerah dengan UMR dibawah 1 juta, lha kok bisa menyebutkan rakyat kita sudah makin baik,  dengan  patokan kemiskinan saat ini memakai dasar dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang merujuk pendapatan Rp 5.000 per hari jumlah penduduk miskin adalah 31,2 juta jiwa padahal , sedangkan Bank Dunia bikin patokan, yang disebut orang miskin adalah jika pendapatan minimalnya 2 dolar AS per hari atau sekitar Rp 540.000 per bulan.
bisa dibayangkan bukan kalimat diatas tentang cara makan masyarakat kita, jika standart minimum orang miskin adalah setengah dolar sehari menurut pemerintah,  ironisnya lagi ada pemimpin wakil rakyat yang menyebutkan jumlah penduduk miskin ada 31,2 juta jiwa dengan tenang dan tanpa rasa malu pada bangsa lain apalagi pada rakyatnya. Apakah tidak terpikir jika 31,2 juta jiwa itu disatukan dalam satu negara akan merupakan negara termiskin di dunia, jumlah tersebut melebihi jumlah penduduk beberapa negara digabung menjadi satu =   belanda+denmark+swiss+monaco+singapura+brunei,  itu jika dengan dasar perhitungan BPS, tapi kalau dengan dasar Bank Dunia akan lebih besar lagi jumlahnya.

Jadi,  para pemimpin kalau bicara masalah kemiskinan jangan hanya bicara mengenai angka saja, tapi rasakanlah sendiri  betapa berat kehidupan rakyat kita yang miskin itu, maukah anda hidup dengan uang Rp. 5.000/hari.

Kalau begitu adanya seperti di atas, sudahlah barang tentu kita sebagai bangsa dilecehkan terus-menerus oleh bangsa lain, mereka tahu kita tak punya kekuatan apa-apa untuk melawan mereka, masyarakat bangsa ini terlalu disibukan dengan usahanya mempertahankan hidup diri dan keluarganya dari kelaparan, dari pada memikirkan harga diri bangsa.

Ini semua memang telah didisain oleh para kaum oportunis liberal barat melalui antek-anteknya dengan mendirikan VOC-VOC gaya baru di Indonesia dengan dalih menyediakan lapangan kerja(tapi bayar upah semurah mungkin) yang dilegitimasi oleh wakil-wakil rakyat yang mengkhianati amanat rakyanya, agar sebagai bangsa kita tidak bisa mempertahankan tanah airnya, dan keuntungan sebesar-besarnya bagi kemaslahatan dan kemakmuran rakyat Indonesia hanya menjadi sebagai impian saja.

Oleh karena itu kita sebagai bangsa sudah saatnya untuk mau belajar memilih wakil-wakilnya dan pemimpin dengan perenungan dan berdasar atas kriteria yang jelas (pintar, bermoral,beretika, bersih dari korupsi, dan memiliki jiwa nasionalisme yang kuat)  jangan tergiur dengan pembagian kaos, uang, rames gratis dan lain-lain yang bertujuan membodohi kita semua dan pada akhirnya mencelakakan kita sebagai bangsa.