Sabtu, 23 Oktober 2010

PENDIDIKAN DAN PRESTASI

Dulu saat jaman penjajahan belanda, di Indonesia yang bisa sekolah sampai  tinggi hanya para noni dan sinyo, non pribumi, dan pribumi kaum bangsawan, sedangkan rakyat biasa cuma bisa sekolah sampai angka loro (dua)…..Kata-kata yang saya ingat dari kakek saya atau kakek teman saya, waktu saya kecil jika mereka bercerita tentang jaman mereka kecil, agar saya rajin belajar.

Bisa dibayangkan, bagaimana hausnya kaum pribumi saat itu terhadap ilmu pengetahuan, sering para putra bangsawan yang berjiwa nasionalis kebangsaan memberikan ilmunya pada pemuda yang tidak bisa mengenyam pendidikan itu secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi.

Bangsa Indonesia saat itu dibodohkan secara sistemik, agar tidak mengenal dunia luar, keadilan, hak azasi, dan tidak mengetahui kekuatan bangsanya sendiri, dengan tujuan agar penjajah dapat selalu mencengkeramkan kekuasaannya di Tanah Air bangsa Indonesia. Seiring berjalannya waktu semakin banyak kaum muda terpelajar di Indonesia dan mulai mereka mengetahui atas haknya, sehingga munculah perlawanan-perlawanan terhadap penjajahan, hingga suatu saat perjuangan mereka dan seluruh elemen bangsa ini dapat tercapai dengan dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan..

Setelah masuk dalam masa kemerdekaan, hak untuk memperoleh pendidikan bagi rakyat dapat dilakukan dan dijalankan, maka pemerintah mendirikan sekolah dan perguruan tinggi dimana-mana, lahirlah kaum terpelajar dimana-mana dan menyumbangsihkan ilmu bagi kemajuan dan kemaslahatan bangsa ini. Saat itu ( 1945 sd 1965) Semangat Nasionalis masih kuat dalam benak seluruh elemen bangsa, semuanya ingin dapat memberikan yang terbaik bagi bangsa agar bangsa ini dapat dihargai oleh bangsa-bangsa lain, semangat itulah yang membuahkan karya-karya besar dari anak bangsa dimasa itu dan diakui sebagai karya besar pada masa selanjutnya, semangat nasionalis itu terpatri begitu kuat dan meledak-ledak mereka ingin segera menunjukan siapa itu Bangsa Indonesia sesungguhnya dengan menunjukan bahwa Kami Pun Mampu Berbuat dan Membuat Apa Yang kalian Buat.

Setelah masa pemberontakan G30S yang mengakhiri masa tersebut di atas itu ,  masuklah masa pemberangusan, dimana kaum nasionalis, agama, dan tentu saja kaum komunis (yang mengkhianati apa yang telah diputuskan untuk menjadi landasan bangsa ini, pada saat perjuangan memperoleh kemerdekaan), ketiga kaum tersebut Diberangus haknya dalam kehidupan sehari-hari oleh pemerintah penguasa saat itu, kebebasan berbicara, kebebasan berkumpul, kebebasan beragama, kebebasan berpolitik sangat terbatas dan diawasi dengan sangat ketat dengan alasan menjaga terjadinya gerakan-gerakan makar dan lain sebagainya seperti yang telah dilakukan para komunis itu, yang mengakibatkan kaum muda Bangsa Indonesia tidak mengetahui dan mengenal lagi, apa itu nasionalisme sebagai semangat kebersamaan, kaum muda tidak lagi menganggap penting agama sebagai pedoman iman dan hidupnya secara individu.

Kaum terpelajar yang menjadi tulang punggung bangsa mulai meninggalkan dan melupakan semangat nasionalis dan keindahan religi sebagai satu individu, kaum terpelajar mulai sedikit demi sedikit dicekoki paham-paham kaum kapitalis dan liberalis yang diselundupkan kedalam kehidupan bangsa Indonesia, melalui berbagai cara, termasuk sistem pendidikan nasional yang dicanangkan  oleh pemerintah yang saat itu mulai diisi oleh orang-orang yang, ya itu tadi tidak tahu semangat nasionalisme bagi bangsanya, orang yang dalam hidupnya tidak mengetahui intisari agamanya sendiri.

Pemerintah saat itu, dengan alasan ingin memberikan kesempatan dan menyediakan pendidikan sebesar-besarnya bagi rakyat, namun karena keterbatasan anggaran maka  pemerintah memberikan ijin mendirikan sekolah bagi swasta, kesempatan inilah yang akhirnya dimanfaatkan kaum kapitalis dan liberalis untuk menyusupkan paham-paham mereka dengan mendirikan banyak sekolah elite yang mahal dengan fasilitas yang lengkap.

Pemerintah sendiri sangat lamban dalam mendirikan sekolah-sekolah dan perguruan tinggi baru untuk menyediakan pendidikan murah bagi rakyat, orang yang ingin belajar harus mengeluarkan biaya yang mahal di sekolah swasta tersebut.

Karena kurangnya bangku untuk para siswa dan mahasiswa baru yang menginginkan masuk di perguruan negeri yang murah itu, akhirnya memunculkan budaya kolusi dan nepotisme, awalnya sih titip-menitip( gratis karena hubungan perkawanan atau persaudaraan) agar bisa masuk ke sekolah negeri yang murah tersebut, kemudian diikuti dengan budaya sogok-menyogok (kalau tidak punya kenalan atau saudara), eh sekarang lucunya (kalau tidak terima disebut tragis) setelah otonomi kampus, masuk perguruan tinggi dan sekolah negeri lebih mahal biayanya dari sekolah swasta.

Saya tdak mudeng dan tidak paham atas cara pandang para kaum akademisi dan pendidik yang hidup dalam ekslusifme sempit, yang tidak menerapkan ilmunya dalam kehidupan nyata, ilmunya hanya dijadikan ladang mencari makan sebanyak-banyaknya bagi dirinya, ilmunya tidak menjadi kemaslahatan bagi orang kebanyakan, ilmunya digunakan untuk membodohi dan mencibiri rakyat bangsanya sendiri yang masih bodoh, dan jika di diberi kesempatan menjadi pemimpin dalam pemerintahan, luar biasa besar dampak negatif dan kerugian bagi bangsa ini akibat dari kebijakan yang dibuatnya, ada yang setelah jadi menteri kerugian negara sampai trilyunan dan selamat dari jerat hukum dan lainnya silahkan anda tonton saja dari tv.

Apakah seperti itu tujuan dari pendidikan nasional kita, mencetak pengkhianat-pengkhianat bangsanya sendiri dalam bentuk modern (korupsi, kolusi, nepotisme) dan kalau dicermati yang paling menonjol dari prestasi yang dihasilkan dari sistem pendidikan nasional saat ini :
no.1 ya itu tadi kaum terpelajar yang berkhianat.
no.2 kaum terpelajar yang apatis apriori terhadap kondisi lingkungan dan bangsanya.
no.3 kaum terpelajar yang anarkis.

Saya berharap sangat terhadap kaum terpelajar untuk mari mulai kembali menjadi contoh yang baik, menjadi pribadi yang berguna, pribadi yang menjunjung tinggi moral dan etika, dan mengamalkan ilmunya bagi kemaslahatan dan bermanfaat bagi hajat hidup orang banyak.

Mulai belajarlah dan membacalah sejarah negerimu, biografi para pemimpin bangsamu, pelajarilah nasionalisme kebangsaan, dan yang paling utama belajarlah bersama rakyat untuk maju bersama-sama menuju masyarakat Indonesia yang makmur dalam keadilan.