Sabtu, 23 Oktober 2010

PENDIDIKAN DAN PRESTASI

Dulu saat jaman penjajahan belanda, di Indonesia yang bisa sekolah sampai  tinggi hanya para noni dan sinyo, non pribumi, dan pribumi kaum bangsawan, sedangkan rakyat biasa cuma bisa sekolah sampai angka loro (dua)…..Kata-kata yang saya ingat dari kakek saya atau kakek teman saya, waktu saya kecil jika mereka bercerita tentang jaman mereka kecil, agar saya rajin belajar.

Bisa dibayangkan, bagaimana hausnya kaum pribumi saat itu terhadap ilmu pengetahuan, sering para putra bangsawan yang berjiwa nasionalis kebangsaan memberikan ilmunya pada pemuda yang tidak bisa mengenyam pendidikan itu secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi.

Bangsa Indonesia saat itu dibodohkan secara sistemik, agar tidak mengenal dunia luar, keadilan, hak azasi, dan tidak mengetahui kekuatan bangsanya sendiri, dengan tujuan agar penjajah dapat selalu mencengkeramkan kekuasaannya di Tanah Air bangsa Indonesia. Seiring berjalannya waktu semakin banyak kaum muda terpelajar di Indonesia dan mulai mereka mengetahui atas haknya, sehingga munculah perlawanan-perlawanan terhadap penjajahan, hingga suatu saat perjuangan mereka dan seluruh elemen bangsa ini dapat tercapai dengan dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan..

Setelah masuk dalam masa kemerdekaan, hak untuk memperoleh pendidikan bagi rakyat dapat dilakukan dan dijalankan, maka pemerintah mendirikan sekolah dan perguruan tinggi dimana-mana, lahirlah kaum terpelajar dimana-mana dan menyumbangsihkan ilmu bagi kemajuan dan kemaslahatan bangsa ini. Saat itu ( 1945 sd 1965) Semangat Nasionalis masih kuat dalam benak seluruh elemen bangsa, semuanya ingin dapat memberikan yang terbaik bagi bangsa agar bangsa ini dapat dihargai oleh bangsa-bangsa lain, semangat itulah yang membuahkan karya-karya besar dari anak bangsa dimasa itu dan diakui sebagai karya besar pada masa selanjutnya, semangat nasionalis itu terpatri begitu kuat dan meledak-ledak mereka ingin segera menunjukan siapa itu Bangsa Indonesia sesungguhnya dengan menunjukan bahwa Kami Pun Mampu Berbuat dan Membuat Apa Yang kalian Buat.

Setelah masa pemberontakan G30S yang mengakhiri masa tersebut di atas itu ,  masuklah masa pemberangusan, dimana kaum nasionalis, agama, dan tentu saja kaum komunis (yang mengkhianati apa yang telah diputuskan untuk menjadi landasan bangsa ini, pada saat perjuangan memperoleh kemerdekaan), ketiga kaum tersebut Diberangus haknya dalam kehidupan sehari-hari oleh pemerintah penguasa saat itu, kebebasan berbicara, kebebasan berkumpul, kebebasan beragama, kebebasan berpolitik sangat terbatas dan diawasi dengan sangat ketat dengan alasan menjaga terjadinya gerakan-gerakan makar dan lain sebagainya seperti yang telah dilakukan para komunis itu, yang mengakibatkan kaum muda Bangsa Indonesia tidak mengetahui dan mengenal lagi, apa itu nasionalisme sebagai semangat kebersamaan, kaum muda tidak lagi menganggap penting agama sebagai pedoman iman dan hidupnya secara individu.

Kaum terpelajar yang menjadi tulang punggung bangsa mulai meninggalkan dan melupakan semangat nasionalis dan keindahan religi sebagai satu individu, kaum terpelajar mulai sedikit demi sedikit dicekoki paham-paham kaum kapitalis dan liberalis yang diselundupkan kedalam kehidupan bangsa Indonesia, melalui berbagai cara, termasuk sistem pendidikan nasional yang dicanangkan  oleh pemerintah yang saat itu mulai diisi oleh orang-orang yang, ya itu tadi tidak tahu semangat nasionalisme bagi bangsanya, orang yang dalam hidupnya tidak mengetahui intisari agamanya sendiri.

Pemerintah saat itu, dengan alasan ingin memberikan kesempatan dan menyediakan pendidikan sebesar-besarnya bagi rakyat, namun karena keterbatasan anggaran maka  pemerintah memberikan ijin mendirikan sekolah bagi swasta, kesempatan inilah yang akhirnya dimanfaatkan kaum kapitalis dan liberalis untuk menyusupkan paham-paham mereka dengan mendirikan banyak sekolah elite yang mahal dengan fasilitas yang lengkap.

Pemerintah sendiri sangat lamban dalam mendirikan sekolah-sekolah dan perguruan tinggi baru untuk menyediakan pendidikan murah bagi rakyat, orang yang ingin belajar harus mengeluarkan biaya yang mahal di sekolah swasta tersebut.

Karena kurangnya bangku untuk para siswa dan mahasiswa baru yang menginginkan masuk di perguruan negeri yang murah itu, akhirnya memunculkan budaya kolusi dan nepotisme, awalnya sih titip-menitip( gratis karena hubungan perkawanan atau persaudaraan) agar bisa masuk ke sekolah negeri yang murah tersebut, kemudian diikuti dengan budaya sogok-menyogok (kalau tidak punya kenalan atau saudara), eh sekarang lucunya (kalau tidak terima disebut tragis) setelah otonomi kampus, masuk perguruan tinggi dan sekolah negeri lebih mahal biayanya dari sekolah swasta.

Saya tdak mudeng dan tidak paham atas cara pandang para kaum akademisi dan pendidik yang hidup dalam ekslusifme sempit, yang tidak menerapkan ilmunya dalam kehidupan nyata, ilmunya hanya dijadikan ladang mencari makan sebanyak-banyaknya bagi dirinya, ilmunya tidak menjadi kemaslahatan bagi orang kebanyakan, ilmunya digunakan untuk membodohi dan mencibiri rakyat bangsanya sendiri yang masih bodoh, dan jika di diberi kesempatan menjadi pemimpin dalam pemerintahan, luar biasa besar dampak negatif dan kerugian bagi bangsa ini akibat dari kebijakan yang dibuatnya, ada yang setelah jadi menteri kerugian negara sampai trilyunan dan selamat dari jerat hukum dan lainnya silahkan anda tonton saja dari tv.

Apakah seperti itu tujuan dari pendidikan nasional kita, mencetak pengkhianat-pengkhianat bangsanya sendiri dalam bentuk modern (korupsi, kolusi, nepotisme) dan kalau dicermati yang paling menonjol dari prestasi yang dihasilkan dari sistem pendidikan nasional saat ini :
no.1 ya itu tadi kaum terpelajar yang berkhianat.
no.2 kaum terpelajar yang apatis apriori terhadap kondisi lingkungan dan bangsanya.
no.3 kaum terpelajar yang anarkis.

Saya berharap sangat terhadap kaum terpelajar untuk mari mulai kembali menjadi contoh yang baik, menjadi pribadi yang berguna, pribadi yang menjunjung tinggi moral dan etika, dan mengamalkan ilmunya bagi kemaslahatan dan bermanfaat bagi hajat hidup orang banyak.

Mulai belajarlah dan membacalah sejarah negerimu, biografi para pemimpin bangsamu, pelajarilah nasionalisme kebangsaan, dan yang paling utama belajarlah bersama rakyat untuk maju bersama-sama menuju masyarakat Indonesia yang makmur dalam keadilan.

Kamis, 14 Oktober 2010

IBU KOTA JAKARTA DALAM PANDANGAN SAYA

Usia sebuah kota akan selalu diiringi sejarah kota tersebut, tentu saja banyak tersimpan cerita dibaliknya, cerita heroik, cerita keindahan, cerita suram dan banyak lagi cerita yang mengiringi pertumbuhan sebuah kota tersebut untuk menjadi kebanggaan bersama bangsa tersebut.

JAKARTA sebagai Ibu Kota Negara, merupakan salah satu kota kota tua di Indonesia bahkan di dunia yang sangat sarat dengan sejarahnya, sejak cikal bakal berdirinya hingga sampai sekarang ini. Menyusurinya bagaikan mengulang kembali sejarah yang tersimpan di dalamnya.

Sebuah bandar kecil di muara Ciliwung, yang lama-kelamaan menjadi besar dan menjadi pusat perlintasan perdagangan melalui laut, beberapa abad kemudian masuk bangsa portugis menguasai bandar tersebut, hingga suatu saat di rebut oleh kaum pribumi bernama Fatahilah dan diberi nama Jayakarta pada tanggal 22 Juni 1527, yang hingga kini selalu diperingati sebagai hari jadi Jakarta. Kemudian beberapa puluh tahun kemudian pada akhir abad 16 masuk bangsa belanda dan menguasai Jayakarta, yang kemudian mengganti namanya dengan Batavia, dan sejak saat itulah cerita-cerita heroik muncul akibat perlakuan penjajah belanda pada kaum pribumi untuk tetap menguasai daerah tersebut.

Sejarah Jakarta tidak pernah sedikitpun lepas dari sejarah berdirinya Negara Republik ini, dimulai pada tahun 1928 saat di-Ikrar-kannya Sumpah Pemuda sebagai bentuk usaha mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, disusul kemudian Rapat Raksasa Di Lapangan Ikada pada tanggal 19 September 1945, sebagai bentuk penegasan terhadap Proklamasi 45 yang sebelumnya telah dibacakan pada 17 Agustus 1945, dan banyak kejadian dan pergolakan berskala nasional terjadi di Jakarta ini, sebuah kota yang sungguh-sungguh sarat dengan sejarah, SEJARAH KEBANGGAAN BANGSA INDONESIA.
Jangan pernah terlintas untuk menghapus sejarah itu dengan memindahkan Ibu Kota Negara dan Pemerintahan dengan ataupun tanpa alasan apapun!!!, sebuah wacana akhir-akhir ini dimunculkan untuk melakukan itu, adalah sebuah gerakan awal dari kaum kontra nasionalis, orang-orang yang berpandangan sempit, bodoh, dan saya yakin mereka bukan anak-anak PERTIWI, orang-orang yang dalam hidupnya selalu mengkhianati bangsanya dengan kedok HAM, kemajuan, dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya digunakan untuk kepentingan pribadi dengan membodohi rakyat.

Semua yang disebutkan bahwasanya Jakarta semakin padat, kumuh, macet, tenggelam dan lainnya itu bukannya disikapi dengan cermat dan dibuat peraturan untuk menyelamatkannya, jangan malah berkeinginan untuk meninggalkan PETA SEJARAH yang luhur ini.

Yang harus dipindahkan itu masyarakatnya, dan para konglomerat yang menguasai tanah-tanah milik bangsa ini dengan cara tipu-tipu dan cara-cara licik, pindahkan saja mereka ke Jonggol dan sekitaran Jakarta lainnya, bagaimanapun caranya, bisa dengan ganti rugi, ganti lahan, lalu bongkar, atau apapun dan satu perlu diingat jangan berikan lagi ijin mendirikan kondominium, mall, rumah  lagi di Jakarta apapun alasan mereka mengajukannya.

Pemerintah dan pemimpin punya hak untuk mengatur warganya dalam rangka kebaikan dan kemaslahatan bersama, itu  adalah merupakan Mandat Dari Kami Bangsa Indonesia, jadi kenapa anda bingung dan tidak tahu harus bagaimana menyikapi permasalahan kepadatan di Jakarta, kalau tidak sanggup ya turun saja jadi pemimpin.

Oleh karena itu selamatkanlah JAKARTA sesegera mungkin dan biarlah sejarah tetap tertoreh di tanahnya, tanah yang kita banggakan bersama.

Rabu, 13 Oktober 2010

FIGUR pemimpin bangsa saat ini DALAM PANDANGAN SAYA

Dalam kurun waktu tahun yang masih cukup dihitung dengan jari tangan, kita merasakan perubahan sikap, mental, moral, etika, dan pandangan hidup bangsa ini telah mengalami degradasi yang sangat besar. Hal ini menjadi bukti bahwasanya apa yang di cita-citakan bangsa ini saat PROKLAMASI semakin jauh dan melenceng dari tujuannya.

Sebuah kegagalan bangsa adalah cermin dari kegagalan para pemimpinnya dalam mengemban mandat yang telah diamanatkan padanya, kita sering mendengar ucapan para pemimpin : “saya syukuri apa yang telah diamanatkan pada saya“, ini adalah kata-kata ungkapan yang muncul dari cermin jiwanya yang muncul dalam ucapannya itu.

Sebuah amanat itu adalah tanggung jawab, bukannya hadiah yang membuat anda bersenang-senang menikmatinya dan menggunakan semau sendiri, anda harus mempertanggungjawabkan kepada kami yang telah mempercayakan tanah air ini untuk diatur dan dikelola dengan baik dan bertanggungj jawab.

Setiap hari, pagi, siang, sore, rakyat selalu merasakan kemacetan bersama ribuan bahkan jutaan masyarakat lainnya. Sering saat kemacetan di jalan-jalan protokol (kawasan elite kalau orang bilang), dan saat kita rakyat biasa harus menahan diri serta bersabar, sering kali terdengar suara raungan sirine dari patwal, mencari jalan dengan menyuruh minggir orang lain untuk jalan kendaraan yang dikawalnya, biasanya sih satu rombongan 2 atau 3 mobil dengan warna hitam kaca gelap, yang masyarakt bilang mobil “pejabat anu” sama sekertaris dan ajudannya.

Dan jika melewati jalan-jalan yang bukan protokol selain macet, itu jalan bentuknya sudah sama dengan jalan kerbau, kalau musim panas debunya beterbangan, dan jika musim hujan bisa untuk memelihara ikan lele, kenapa bisa ya begitu dalam satu area wilayah ibukota saja sudah ada perbedaan kualitas jalan, kalau jalan yang setiap hari dilalui pejabat, harus mulus, jam-jam tertentu ditutup untuk masyarakat umum karena pemimpin mau lewat,  tapi jalan buat rakyat  sama dengan jalan kerbau.

Pernahkah pemimpin melakukan perjalanan darat melalui jalan PANTURA?  saya yakin tidak pernah, pemimpin tidak tahu seperti apa tingkat kenyamanan dan keamanan jalan tersebut yang merupakan urat nadi perekonomian di Indonesia. Itu yang namanya jalan sepanjang tahun mengalami perbaikan terus, tapi kok ya nggak baik-baik, nggak mulus-mulus, tentunya banyak sebab dalam hal ini, antara lain kualitas jalan yang memang tidak layak karena adanya permainan, atau muatan kendaraan angkutan barang yang melebihi syarat muatan yang diharuskan? (jawabannya : ya keduannya itu semua sama-sama melakukan pelanggaran terhadap hukum dan peraturan)

Pernahkah para pemimpin ini melakukan kunjungan ke daerah-daerah secara tidak resmi, yang sekarang istilahnya non protokoler, dan melihat sesuatu secara alamiah tanpa polesan dari pejabat daerah yang dikunjunginya, agar tahu secara langsung apa yang ada pada masyarakat, tidak melalui sekretaris, staf ahlinya (rombongan kroco pilek yang tidak memahami dan suka mengkhianati bangsanya sendiri).

Cobalah sedikit anda membuka mata dengan nurani anda sendiri, agar kami yakin andalah pemimpin kami, yang membela kami dari ketidak adilan, membela kami dalam bidang ekonomi, membela kami dalam bidang hukum, membela kami dalam HAM, membela kami dalam diskriminasi, membela kami dalam beribadah dan yang sangat kami harapkan adalah MEMBELA TANAH AIR BERSAMA KAMI SELURUH RAKYAT INDONESIA DEMI HARKAT DAN MARTABAT BANGSA.

Selasa, 12 Oktober 2010

PETANI INDONESIA DALAM PANDANGAN SAYA

Saya hari ini bisa makan nasi, anda yang membaca tulisan ini tentu juga bisa makan nasi, para tuan-tuan jelas bisa makan nasi, para pemimpin sampai kekenyangan nasi, tetapi apakah anda tahu kalau yang menanam padi agar menjadi nasi ini terkadang tidak bisa makan nasi. Sungguh TRAGIS nasib saudara-saudara kita, kaum petani kecil di Indonesia, yang jumlahnya puluhan juta, mungkin bahkan ratusan juta.

Iklim di Indonesia sangatlah cocok untuk mengembangkan usaha pertanian, terutama tanaman padi dan bahan kebutuhan pangan lainnya, selain itu juga masih cukup tersedianya lahan yang bisa dijadikan areal pertanian, akan tetapi pada kenyataannya saat ini sulit sekali kita melihat minat kaum muda untuk mau menggeluti bidang ini, baik sebagai pemilik ataupun sebagai pekerjannya, apa penyebab hal ini terjadi?

Satu bidang usaha akan diminati dan dijalankan jika memberikan keuntungan yang layak dan memadai jika dibandingkan dengan resiiko yang akan dihadapinya.
Berikut analisa usaha tanam padi 1 ha sawah Thn 2007,  yang saya sadur dari  situs yang mengkhususkan penelitian usaha tanam padi.


Jumlah Biaya 4.825.000
Hasil/masa tanam Komponen Out put
-Produksi padi
(Harga padi Rp. 2.000,-/kg diprediksi     harga sama)
5ton
10.000.000


Keuntungan 5.175.000

Dengan asumsi tidak ada kegagalan panen karena hama, keuntungan untuk 1 ha sawah adalah Rp. 5.175.000/4 bln, atau  Rp. 1.293.750/bulan. Jika gagal maka akan tidak makan 4 bulan para petani kita.
Jika pemilik sawah saja hanya mendapatkan hasil yang sangat minim perbulannya dengan asumsi memiliki 1 ha sawah, padahal banyak sekali yang memiliki lahan kurang dari itu, bagaimana lagi dengan nasib bagi buruhnya?

Bisakah kita bayangkan bagaimana berat perjuangan mereka untuk menyediakan pangan bagi kita, oleh karena itu banyak kaum muda yang sama sekali tidak melirik terhadap industri pertanian ini.
Semua ini adalah kesalahan pemerintah dalam membangun industri pertaniannya, dengan menetapkan harga dasar gabah untuk membeli hasil olah sawah petani melalui Bulog yang sangat memberatkan petani tanpa melihat akibatnya bagi petani.

Masyarakat petani yang jumlahnya ratusan juta itu tidak memiliki daya beli untuk menyerap hasil industri lainnya, yang pada akhirnya pertumbuhan ekonomi di segala sektor bagaikan jalan di tempat saja.
Saya tidak tahu bagaimana cara mereka para pemimpin dalam  menghitungnya standart harga komoditas pertanian, atau hanya agar mereka tetap bisa membeli hasil pertanian untuk keluarganya yang sudah sangat kaya raya dengan murah?

Jika alasannya, agar masyarakat tidak diberatkan dengan tingginya harga bahan kebutuhan pokok, ya sebaiknya disubsidi saja masyarakat menengah ke bawah dengan uang hasil pajak dan keuntungan BUMN-BUMN( jangan pajak dan keuntungan BUMN tersebut digunakan untuk memperkaya diri sendiri ). Di beli saja gabah “petani” oleh pemerintah setinggi-tingginya lalu di jual lagi  dengan murah oleh BULOG kepada seluruh masyarakat umum menengah ke bawah, dan diawasi agar tidak ada penyelewengan dan kecurangan.

Tidakkah kita melihat, bagaimana para kaum muda akhirnya terpaksa mau bekerja menjadi buruh pabrik dengan UMR yang sangat rendah, hal ini dikarenakan tenaga kerja Indonesia dikampanyekan pemerintahnya sendiri sebagai tenaga kerja yang murah kepada negara-negara asing, tentu saja keadaan ini dimanfaatkan oleh kaum industrialis asing juga industriawan nasional yang tidak berjiwa nasionalis untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dari bangsa ini.

Masyarakat kita yang sebagian besar adalah petani kecil saat ini sangat memprihatinkan nasibnya, silahkan anda lihat sendiri kehidupan mereka di desa-desa seluruh pelosok Indonesia. Lihatlah rumah mereka, makanan mereka, pakaian mereka. Sungguh bagai langit dan bumi jika dibandingkan dengan para pemimpin negeri ini.

Marilah kita mulai memikirkan jalan keluar bagi mereka dengan sungguh-sungguh, pertama-tama rubahlah cara pemerintah dalam menentukan harga jual hasil olah sawah yang selama ini diberlakukan dengan mengganti “Harga Dasar Gabah” petani kita, menjadi “Harga Layak Gabah” bagi standar hidup masyarakat petani Indonesia, agar petani memiliki kemampuan dan daya beli untuk menyerap hasil industri lainnya.

Belajarlah wahai pemimpin, untuk menyikapi keadaan rakyat bangsa ini dengen lebih adil dan bijaksana dengan landasan moral dan etika yang tinggi!!!


KEKUATAN EKONOMI BANGSA DALAM PANDANGAN SAYA

Kekuatan ekonomi sebuah bangsa akan mencerminkan kekuatan bangsa itu sesungguhnya.

Dengan kekuatan ekonomi inilah suatu bangsa akan mampu mempertahankan diri dan jati dirinya dari kondisi-kondisi yang membahayakannya sebagai bangsa, kekuatan ekonomi dapat untuk membangun kekuatan pertahanan dan angkatan perang, kekuatan ekonomi dapat mencegah perpecahan dari dalam negeri bangsa itu sendiri yang disebabkan karena perasaan ketidak-adilan, kecemburuan sosial.

Kekuatan ekonomi selalu berjalan sejajar dengan peningkatkan keterampilan dan skill masyarakatnya, serta cara pandang terhadap bangsanya sendiri agar menjadi lebih baik. Membangun kekuatan ekonomi memerlukan sebuah disain kerangka berpikir para pemimpin bangsa secara bersama-sama dan saling mendukung satu sama lainnya. Sebelumnya pemimpin yang berkualitas harus mampu mengidentifikasi dahulu sektor yang memiliki sumber daya paling besar, apakah pertanian, pertambangan, kelautan (kehutanan jangan diganggu), sebab ketiga sektor ini adalah inti dari sebuah industri akan berkembang.

Sumber daya terbesar dimaksud disini tentunya adalah sumber daya yang dari segi ketersediaan/cadangan alamnya, tenaga kerja, serta tata niaganya. Dan untuk menentukan mana yang harus dipilih dan dijalankan diperlukan sebuah kajian dari para pakar melalui survey yang dapat dipertanggungjawabkan dan selanjutnya dilakukan dengan ketetapan secara nasional yang dilegitimasi oleh seluruh rakyat melalui wakil-wakilnya.
Penentuan tujuan pembangunan ekonomi tidak begitu saja diserahkan dan dipercayakan  rakyat melalui wakilnya di MPR dan DPR, yang akhirnya tidak dapat tercapai, dikarenakan para wakilnya dan pemimpinnya tidak menjalankan atau parahnya lagi, mereka tidak paham atas fungsi pengawasan dan kontrol.

Seperti sekarang ini, rakyat yang semakin tidak tahu mau kemana arah pembangunan ekonomi bangsa ini, hal ini mungkin disebabkan ketidaktahuannya(kasarnya : bodoh) pada para pemimpin pemerintahan dalam satu periode rezim kepemimpinan. Arah kebijakan ditentunkan  dengan coba-coba dan dilakukan  dengan gaya kepemimpinan coba-coba.

Setiap ganti presiden dan pemimpin yang lain pasti akan berubah pula strategi percepatan pertumbuhan ekonominya, dengan alasan strategi yang dilakukan pemerintahan sebelumnya belum dapat mencapai sasaran, maka saya akan melanjutkan dan perbaiki dengan..bla..bla..bla…(ngomong seenak udele dewe).

Kta telah merasakan sendiri betapa lemah dan terpuruknya perekonomian Indonesia saat ini, dimana rakyat yang merasakan secara langsung akibat dari cara memimpin “coba-coba”. Sepertiga bahkan mungkin lebih rakyat Indonesia untuk mengeluarkan biaya 50 cent dolar (setengah dolar) untuk sekali makan dirinya sendiri saja sudah sangat berat, ini bisa dilihat dari kehidupan masyarakat kita sehari-hari, cobalah para pemimpin itu kunjungi rumah-rumah penduduk dan bukalah tudung saji mereka, tidak akan anda temui apapun disana.

Pengumuman pemerintah yang dibacakan dengan bangga oleh para pemimpin bahwa pendapatan perkapita masyarakat Indonesia : “Versi BPS”: pendapatan per kapita masyarakat di seluruh Indonesia termasuk warga negara asing yang tinggal di Indonesia, pada 2009 adalah Rp 24,3 juta / tahun atau US$ 2.590,1″,

Sebuah drama pembohongan dan pembodohan terhadap rakyat. Pengaburan data dengan memasukan pendapatan orang asing dan juga orang yang terkayakan karena kekuasaan. Padahal kita tahu yang namanya UMR itu, ya pemerintah sendiri yang menetapkan, masih banyak daerah dengan UMR dibawah 1 juta, lha kok bisa menyebutkan rakyat kita sudah makin baik,  dengan  patokan kemiskinan saat ini memakai dasar dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang merujuk pendapatan Rp 5.000 per hari jumlah penduduk miskin adalah 31,2 juta jiwa padahal , sedangkan Bank Dunia bikin patokan, yang disebut orang miskin adalah jika pendapatan minimalnya 2 dolar AS per hari atau sekitar Rp 540.000 per bulan.
bisa dibayangkan bukan kalimat diatas tentang cara makan masyarakat kita, jika standart minimum orang miskin adalah setengah dolar sehari menurut pemerintah,  ironisnya lagi ada pemimpin wakil rakyat yang menyebutkan jumlah penduduk miskin ada 31,2 juta jiwa dengan tenang dan tanpa rasa malu pada bangsa lain apalagi pada rakyatnya. Apakah tidak terpikir jika 31,2 juta jiwa itu disatukan dalam satu negara akan merupakan negara termiskin di dunia, jumlah tersebut melebihi jumlah penduduk beberapa negara digabung menjadi satu =   belanda+denmark+swiss+monaco+singapura+brunei,  itu jika dengan dasar perhitungan BPS, tapi kalau dengan dasar Bank Dunia akan lebih besar lagi jumlahnya.

Jadi,  para pemimpin kalau bicara masalah kemiskinan jangan hanya bicara mengenai angka saja, tapi rasakanlah sendiri  betapa berat kehidupan rakyat kita yang miskin itu, maukah anda hidup dengan uang Rp. 5.000/hari.

Kalau begitu adanya seperti di atas, sudahlah barang tentu kita sebagai bangsa dilecehkan terus-menerus oleh bangsa lain, mereka tahu kita tak punya kekuatan apa-apa untuk melawan mereka, masyarakat bangsa ini terlalu disibukan dengan usahanya mempertahankan hidup diri dan keluarganya dari kelaparan, dari pada memikirkan harga diri bangsa.

Ini semua memang telah didisain oleh para kaum oportunis liberal barat melalui antek-anteknya dengan mendirikan VOC-VOC gaya baru di Indonesia dengan dalih menyediakan lapangan kerja(tapi bayar upah semurah mungkin) yang dilegitimasi oleh wakil-wakil rakyat yang mengkhianati amanat rakyanya, agar sebagai bangsa kita tidak bisa mempertahankan tanah airnya, dan keuntungan sebesar-besarnya bagi kemaslahatan dan kemakmuran rakyat Indonesia hanya menjadi sebagai impian saja.

Oleh karena itu kita sebagai bangsa sudah saatnya untuk mau belajar memilih wakil-wakilnya dan pemimpin dengan perenungan dan berdasar atas kriteria yang jelas (pintar, bermoral,beretika, bersih dari korupsi, dan memiliki jiwa nasionalisme yang kuat)  jangan tergiur dengan pembagian kaos, uang, rames gratis dan lain-lain yang bertujuan membodohi kita semua dan pada akhirnya mencelakakan kita sebagai bangsa.

NKRI DAN BHINEKA TUNGGAL IKA DALAM PANDANGAN SAYA


Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari banyaknya dan berbeda-bedanya suku bangsa, agama, budaya, bahasa, adat, watak, geografi, dan lain-lainnya yang mencerminkan perbedaan.

Dan jika dituliskan perbedaannya tersebut disini, akan menghabiskan berpuluh-puluh halaman, memang bukan perkara gampang untuk bisa menyatukan perbedaan, namun juga bukan hal yang mustahil untuk dilakukan, hal ini telah dibuktikan oleh seluruh Bangsa Indonesia dengan bangga dari Sabang sampai Merauke kepada seluruh dunia pada  tanggal 17, bulan Agustus , tahun 1945 dengan dibacakannya PROKLAMASI INDONESIA.

Apakah kebanggan itu masih dapat kita rasakan saat ini  dihadapan bangsa-bangsa lain,…?
Saya rasa sudah terlalu banyak aib mencoreng cita-cita luhur dari bangsa ini dalam tujuannya mencapai masyarakat yang berkeadilan dan berkemakmuran; dengan tingginya angka kriminalitas, penuhnya penjara oleh para koruptor (padahal baru sedikit yang tertangkap), lepasnya sebagian wilayah NKRI, semakin banyaknya pengangguran, terorisme, bentrok antar warga, disintegrasi dalam skup regional dengan banyaknya daerah ingin memisahkan diri dalam berpemerintahaan (istilah kerennya pemekaran wilayah) dan  lain-lainnya.

Apakah masih bisa kita membersihkan kesalahan-kesalahan tersebut agar bisa kembali lagi pada jalan yang benar sesuai harapan Para Pendiri Bangsa dan Pembela Tanah Air saat itu…?
Semuanya itu kembali pada kita sebagai bangsa, baik itu kita sebagai rakyat, terlebih lagi bagi para pemimpinnya. Yaitu untuk selalu mengingat pada sejarah berdirinya Negara ini, dan merenungi maksud dan tujuan sejarah tersebut.

Tidak hanya sebentar kita memperjuangkan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan juga tidak semudah membalik telapak tangan kita memperolehnya, butuh ribuan bahkan jutaan nyawa untuk menebusnya, saat itu tidak hanya dengan datang, duduk, diam, lalu tanda tangan sebuah, keinginan dan cita-cita luhur diperoleh, tidak juga hanya dengan memberi kaos, bagi-bagi uang, janji ini, janji itu sebuah KEMERDEKAAN didapatkan.

Akankah kita merusak Negara ini hanya dalam hitungan tahun saja, sedangkan dahulu memperjuangkan kemerdekaan tersebut memerlukan berabad-abad dengan korban dan penderitaan yang begitu banyak.
Sebuah penderitaan yang luar biasa dari Rakyat dan Para Pemimpin Bangsa ini pada saat itu, cobalah anda sekali waktu datang ke museum-museum perjuangan, atau nonton film-film pada saat perjuangan itu, karena kita tidak mengalami dan merasakan waktu-waktu itu, bangsa kita semua menderita dan sebagai sebuah bangsa mereka direndahkan jiwa dan martabatnya.

Ingatkah anda kekejaman seorang westerling yang membunuh ratusan rakyat Sulawesi Selatan bagaikan naplokin laler, atau seorang daendels yang membangun jalan dari  Anyer  di Jawa Barat hingga Panarukan di Jawa Timur dengan memakan korban jiwa 12.000 lebih rakyat Indonesia sebagai pekerja paksa, atau tahukan anda Suriname sebuah negara kecil di benua amerika selatan, yang masyarakatnya adalah keturunan Jawa dan masih menggunakan bahasa Jawa, apakah kita bangga akan hal tersebut…TIDAK itu jawaban saya, sebab sejarah mereka adalah sebagian sejarah  tragis penderitaan bangsa Indonesia, mereka adalah para pekerja paksa yang dibawa kaum penjajah negeri ini sebagai budak untuk bekerja di sana dan diperlakukan tidak manusiawi, mereka terputuskan ikatan  dengan keluarganya, sanak familinya, desanya, dan mereka terpaksa tidak bisa kembali ke Tanah Air…..luar biasa sejarah penderitaan bangsa kita masa itu.

Sebuah kebanggaan memang harus dibayar mahal, dan kita Bangsa Indonesia harus selalu siap dan rela untuk kembali meneruskan perjuangan bangsa ini agar dapat diakui sebagai Negara Yang Berdaulat Penuh, terhadap rakyat dan wilayahnya, tanpa campur tangan pihak asing,  tanpa ketakutan atas isu HAM ( ingatkan mereka terhadap tingkah laku pendahulunya di negeri ini ), dilecehkan negara-negara lain dalam hal tapal batas wilayahnya, “dibudakan” lagi secara modern tenaga kerjanya, dan lain-lainnya yang selama ini kita sedang mengalaminya kembali sebagai bentuk penjajahan gaya baru.

Jangan sampai bangsa ini tercerai berai hanya karena isu HAM yg gencar digemborkan kaum kapitalis, dalam usahanya kembali menguasai kekayaan Tanah Air kita,

Demi mengingat sejarah yang sangat memilukan tersebut dan juga menghargai perjuangan  Rakyat dan Para Pemimpin Bangsa ini  di masa lampau, marilah kita saat ini, Rakyat Indonesia menata kembali tata cara kita sebagi bangsa dalam bernegara, berpemerintahan, bermasyarakat, berpolitik, dan lain-lainya yang menyangkut  kepentingan bersama agar tetap terpeliharanya NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA dalam ke-BHINEKA TUNGGAL IKA-an sebagai wadah dan pemersatu Bangsa Indonesia agar dapat mencapai cita-cita bersama yang luhur, yaitu mencapai Masyarakat Yang Adil Dan Makmur dalam kebanggaan sebagai bangsa yang berdaulat penuh atas nasibnya sendiri.

Selasa, 05 Oktober 2010

PANCASILA DALAM PANDANGAN SAYA


Sebuah bangsa dalam mempertahankan eksistensinya di dunia serta agar dihormati dan disegani oleh bangsa-bangsa lain tentunya adalah dengan harus tetap menjaga keutuhan, martabat dan kewibawaan bangsa tersebut dalam bernegara dan mengatur cara pemerintahannya, yang pada saatnya akan menjadikan kuat bangsa itu dalam bidang ekonomi, pertahanan, hukum, teknologi, budaya dan lain-lainnya yang mencirikan sebuah negara besar dan kuat dengan rakyatnya yang makmur. 

Tidak pernah ada cerita keledai menang melawan macan, sebesar apapun tenaga keledai itu, karena keledai tidak punya alat pertahanan diri dan senjata selain mencoba berlari menyelamatkan diri sekencang-kencangnya yang akhirnya akan capek keledai itu dan dimangsa oleh macan. Kita tentunya tidak ingin disebut sebagai bangsa keledai yang mudah dipecundangi bangsa-bangsa lain, saat ini kita tentunya merasakan hal itu, kita kalah dalam ekonomi, pertahanan, budaya, moneter, moral, mental, dan lain sebagainya.

Hal ini karena para pemimpin bangsa sekarang ini telah melupakan sejarah berdirinya Negara Republik Indonesia, atau pura-pura lupa demi kepentingan pribadinya sendiri., yang akhirnya rakyatnya dan cara pemerintahannya morat-marit, cerai-berai sebagai bangsa, seperti anak ayam kehilangan induknya.

Jika sebagai bangsa kita tidak punya keutuhan dan persatuan yang kuat maka, akan mudah bagi para kaum oprtunis mengambil kesempatan dan keuntungan dari kita sebanyak-banyaknya, sebagai contoh, Indonesia sekarang ini hanya jadi tempat berdirinya pabrik2 besar milik orang asing dengan maksud memperoleh keuntungan sebesar-besarnya untuk di bawa ke negara mereka karena tenaga kerja murah di Indonesia, pajak murah yang bisa diatur, dan apa saja yang serba murah, inikah harga kita sebagai Bangsa...Bangsa yang murah...karena murahannya pemimpin kita. 

Akankah sebuah kisah tragis kelak akan tertoreh dimuka bumi ini, tentang bangsa yang pada masa berdirinya merupakan bangsa yang besar dan mempunyai cita-cita yang luhur dan tinggi, akhirnya harus hilang dan terhapus dari percaturan negara-negara di dunia, TIDAK !!! itu kata yang harus kita teriakan bersama-sama secara lantang.

Untuk itu marilah kita sebagai anak bangsa mulai kembali membaca dan memahami apa-apa yang telah di rumuskan oleh para Pendiri Bangsa dalam berbangsa dan bernegara untuk mencapai cita-cita bangsa yaitu  Masyarakat Adil Makmur, dengan cara pemahaman yang mendalam terhadap PANCASILA

PANCASILA yang merupakan landasan berbangsa dan bernegara sungguh sebuah landasan yang sangat tepat dan adil bagi seluruh komponen bangsa ini, semua sila yang tercantum telah mewakili semua keinginan masyarakat dari golongan apapun, baik yang kuning, hijau, merah, putih, abu-abu dan lain sebagainya, sebuah hasil olah pikir dan perasaan yang sangat tinggi nilainya dari seorang SOEKARNO.

Semua kami mengakui bahwa kalau anda bicara Soekarno anda harus bisa menerapkan paham-pahamnya, termasuk Pancasila ini, maka dari itu anda harus siap hidup sederhana dan menghadapi hantaman dari kaum oportunis liberal barat yang yang pahamnya bertentangan dengan ajaran Soekarno, dan paham-paham mereka sudah masuk dalam lingkungan sekitar kita, dan mulai menggerogoti keutuhan kita dengan memecah belah dan mengadu domba yang pada akhirnya tujuan mereka adalah untuk dapat menguasai kita dapat tercapai.

Oleh sebab itu mari kita belajar dan memahami serta menerapkan seluruh isi dari PANCASILA tersebut, untuk membentengi diri kita dari keinginan-keinginan jahat pihak manapun untuk menjadikan kita sebagai bangsan yang lemah, menjadi bangsa keledai, bangsa yang hanya menjadi perahan bangsa-bangsa lain.

BIARKAN BENDERA MERAH PUTIH BERKIBAR SELAMANYA DALAM DADA KITA...BANGSA INDONESIA...!!!

Mulai kita belajar dari :


1. KETUHANAN YANG MAHA ESA

Sila Pertama ini dimaksudkan untuk memahami tentang hak setiap manusia yang lahir di dunia telah meiliki hak yang paling mendasar dalam kehidupannya, yang dia peroleh langsung dari Yang Maha Kuasa, yaitu keimanan atau hak untuk menyembah terhadap yang dia yakini sebagai Tuhan-nya, tidak boleh ada satu negara, institusi, golongan, atau orang lain menghalanginya untuk melakukan itu.
Dan semua agama juga tidak mengajarkan penganutnya untuk memerangi keyakinan agama lain bila tanpa sebab yang jelas, atau diperangi terlebih dahulu. Dan harus diingat bahwa salah benarnya manusia dalam menganut suatu keyakinan akan dia rasakan sendiri di akherat kelak, jadi jangan kita suka menilai suatu ajaran atau aliran itu benar atau salah, toh sudah ditetapkan oleh Pemerintah agama apa saja yang di akui dan boleh disebarkan di Indonesia, tentunya yang ajaran-ajaranya benar dan tidak sesat, dan kalau ada ajaran yang dilarang sudah ada penegakan hukum dan perangkat hukumnya, masyarakat tidak perlu capek-capek ikut pusing, agar tujuan bersama sebagai bangsa yang lebih mulia bisa tercapai, tidak terganggu konsentrasi kita dengan urusan yang remah-remah.

Intinya biarkan keyakinan itu milik kita dan kelompok kita, tanpa  harus meruntuhkan persatuan kesatuan bersama sebagai bangsa, BANGSA INDONESIA.

Sila pertama inilah sebetulnya roh dari semua sila yang berikutnya, karena semua ajaran agama selalu mengajarkan kebaikan, keadilan, persatuan yang harmonis, rasa sosial dan demokrasi.

2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

Sila Kedua adalah mengandung arti horizontal dan vertikal bagi suatu individu yang disebut manusia, dimana seorang manusia selain memiliki hak dan untuk dihormati  serta dihargai dalam menjalankan keyakinannya beragamanya dia juga akan melakukan aktifitas kesehariannya, usahanya, melakukan atau menjalankan paham yang diyakininya, sudah barang tentu dia juga harus berlaku adil dengan menghargai  dan menghormati apa yang sedang dilakukan seseorang atau orang lain, dalam konteks semua yang dilakukan  tidak melanggar aturan agama, aturan pemerintah, dan aturan adat budayanya masing-masing, disini terkandung nilai saling menghormati dan menghargai antara sesama anak bangsa, sebagai tuntunan agar jangan merasa benar sendiri, kuat sendiri, maunya sendiri, tanpa menghiraukan perasaan dan kepentingan orang lain, jadi manusia ya harus punya ADAB atau aturan dasar sebagai individu yang hidup dalam satu lingkungan masyarakat, jika adab itu berjalan maka ADIL dalam pengertian individu pun akan mengikutinya, misal yang lebih keras berusaha dengan cara-cara yang beradab ya pasti dia akan memperoleh hasil yang lebih banyak, itu harus diakui oleh setiap individu manusia.

Jadi tanamkan Tenggang Rasa, Tepo Seliro, Saling Menghormati, Saling Menghargai
agar kegiatan produktif yang akan muncul pada masing-masing individu disetiap lini masyarakat, sebagai usaha masing-masing individu yang pada akhirnya secara keseluruhan jika berhimpun akan mempercepat tercapainya kemakmuran  dan kemaslahatan bersama bukannya kegiatan non produktif seperti tawuran, bentrok, saling menjelekan dan lain sebagainya antar individu, kelompok, yang membahayakan kesatuan persatuan negara dan bangsa serta menjauhkan kita sebagai bangsa dari usaha mencapai kemakmuran tersebut.

3. PERSATUAN INDONESIA

Sila Ketiga ini akan mencerminkan kekuatan Bangsa Indonesia yang sesungguhnya, dalam segala bidang jika tetap terjaga dan terpeliharanya persatuan dan kesatuan semua individu maupun kelompok dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, kekuatan yang tidak bisa untuk diremehkan oleh siapapun, bangsa manapun di dunia ini, sejarah telah merasakan itu, saat revolusi fisik dan perang kemerdekaan, sehingga tercapailah Kemerdekaan Indonesia dan kita diakui sebagai anggota masyarakat dunia sebagai suatu bangsa berdaulat penuh terhadap negaranya sendiri.

Jadi marilah kita kuatkan persatuan dan kesatuan, janganlah kita mau diadu-domba dan dipecah-belah oleh para oportunis liberal barat, yang sedang mereka jalankam melalui agama, teknologi, budaya, dan cara-cara lainnya agar bangsa kita menjadi bangsa yang lemah, bangsa yang kerdil, karena kemampuan keuangan mereka, musuh-musuh kita, sungguh luar biasa, jangan sampai ada anak kita, saudara kita, kawan kita atau siapapun dari kita yang mau menjual harga dirinya sebagai anak bangsa untuk mengorbankan bangsanya sendiri menjadi terpecah-belah dan dikuasai orang lain berapapun nilai yang ditawarkan padanya.

Bersatu padulah kita, dan raihlah kekuatan, ekonomi, pertahanan, budaya, teknologi dan lain sebagainya bersama-sama demi tercapai cita-cita masyarakat yang adil dan makmur.

4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIKAJAKSANAAN  DALAM
    PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN

Sila keempat, merupakan rangkuman tata cara bernegara dan berbangsa dalam suatu koridor hukum dan aturan yang tertib serta bermartabat.
Sebagai suatu bangsa yang berdaulat penuh dalam menjalankan  tugas-tugas negaranya dan pemerintahannya tentunya harus memiliki aturan, tata-tertib, hukum, dan lain sebagainya yang digunakan sehari-hari agar terjaganya suatu ketertiban dalam negara itu sendiri, dan  kita Bangsa Indonesia menuangkan semua prinsip dasar dalam berbangsa dan bernegara itu dalam satu aturan perundangan yang dibuat bersama oleh semua komponen bangsa melalui wakil-wakilnya, dengan maksud dapat tertampungya semua keluhan dan keinginan masyarakatnya melalui cara musyawarah, untuk mencapai satu kemufakatan demi mencapai cita-cita bersama yang dituang dalam perundangan dan peraturan yang sah serta dikawal oleh penegakan hukum yang baik, agar supaya kita disebut bangsa yang beradab dan bermartabat dalam berbangsa dan bernegara karena kita tidak ingin disebut bangsa primitif atau kumpulan orang-orang barbar.
 
Tidak ada suatu institusi, kelompok, yayasan, partai apalagi negara yang tidak memiliki peraturan dan perundangan, dan jika suatu keputusan telah diambil maka wajib bagi semua elemen bangsa mematuhinya  dan menjalankannya baik dengan kesadarannya sendiri ataupun dengan penegakan hukum yang tidak tebang pilih, semua sama di hadapan hukum dan peraturan, tidak ada beda antara tua-muda, miskin-kaya, pria -wanita, rakyat atau pemimpin, rakyat biasa atau birokrat, sipil ataupun militer, semuanya sama di hadapan hukum, yang salah ya salah, yang benar ya benar!

5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

Sila kelima, mencerminkan tugas dari negara yang dijalankan oleh para pemimpin bangsa yang telah mendapatkan mandat dari rakyat untuk mengelola dan menjalankan semua aturan dan perundangan disegala aspek  baik itu dalam bidang ekonomi, sumber daya alam, sosial, pertahanan, hukum, budaya, agama dan sebagainya agar semuanya itu dapat dikelola secara profesional dan dirasakan secara adil bagi seluruh rakyat Indonesia, demi kemaslahatan dan kemakmuran bersama, sesuai dengan porsinya masing-masing secara adil.

Para pemimpin dari level yang paling atas sampai dengan yang terbawah harus mempunyai kepandaian dan kecakapan serta ini yang paling penting : MORAL dan MENTAL yang baik, kuat dan bersih serta etika  memimpin yang santun tidak jumawa seperti seorang yang bebas dari segala aturan hukum, karena pemimpin yang baik tersebut akan bisa merasakan denyut nadi, jerit perih dan keluhan dari rakyat yang dipimpinnya sehingga keadilan sosial dapat terpenuhi bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bangsa yang Besar jika Pemimpinya mempunyai Jiwa yang Besar, Bangsa yang Kuat jika Pemimpinnya mempunyai jiwa yang kuat, Bangsa yang dihormati jika Pemimpinnya Dihormati dan Menghormati Rakyatnya. 


 

Senin, 04 Oktober 2010

Prolog : Di Bawah Bendera Merah Putih

"PANCASILA" adalah harga diri kami sebagai sebuah bangsa....
Dua suku kata yang mewakili jiwa-jiwa para NASIONALIS SOEKARNO, namun jutaan kata dapat teruraikan dari dua suku kata itu.

Beribu bahkan berjuta nyawa telah lepas dari raga demi memperjuangkan dan mempertahankan  pemikiran dan keinginan berbangsa dalam ikatan "Satu Nusa Satu Bangsa Satu Bahasa" dalam  Negara Kesatuan Republik Indonesia tanpa pamrih, hanya  KEBANGGAAN-nya terlahir sebagai anak bangsa..... "BANGSA INDONESIA".....walaupun berbeda suku, agama, budaya, bahasa daerahnya, namun mereka tetap membela "keutuhan dan persatuan" "negara dan bangsa" sebagai bentuk rasa terima kasih terhadap Tuhan Yang Maha Esa  yang telah memberinya Tanah Air yang selama itu telah menjadi tempatnya mencari makan dan minum, tempat berusaha dan tempat hidup berkeluarga baginya, karena dengan persatuan dan keutuhan itulah mereka beranggapan semuanya itu tetap dapat dinikmati tanpa ada perasaan takut dan ter-rendahkan oleh kaum oportunis penjajah bangsa dan memang itu terbuktikan dari sejarah bangsa-bangsa lain yang lebih dulu merdeka.

Tidak cukupkah bagi kita contoh dan pelajaran yang diberikan gratis pada kita dari Para  Pemimpin Pendiri Bangsa dan Para Pahlawan Pembela Tanah Air dalam memberikan sumbangsih mereka terhadap bangsa ini baik dalam perjuangannya melawan penindasan kaum penjajah secara fisik ataupun perilaku mereka dalam memimpin bangsa dan berbangsa yang bermartabat.

Pemimpin yang dicintai rakyatnya karena, mereka makan dan minum sama dengan yang dimakan rakyatnya,  mereka berpakaian sama dengan yang dipakai rakyatnya, bertempat tinggal  yang sama dengan tempat tinggal rakyatnya, berkendaraan yang sama dengan yang dikendarai rakyatnya, berbelanja di pasar yang sama dengan rakyatnya, merasakan udara dingin dan terik sama dengan yang dirasakan rakyatnya, merasakan fasilitas umum yang sama dengan fasilitas untuk rakyatnya.

PEMIMPIN,... "TIDAK AKAN" melubangi danau dimana seharusnya dia tinggal bersama rakyatnya dengan berdesakan, dan membuat danau sendiri dari "air bocoran " tersebut  untuk tinggal sendiri bersama keluarganya dan kloninya saja, tanpa perlu bersempit-sempit dan bersusah-susah bersama rakyatnya.
Semuanya itu demi satu tujuan tetap berdiri dan tegaknya Merah Putih di Tanah Air dan kemakmuran bersama.

Sungguh akan tetap sangat bangga kami terlahir sebagai anak bangsa ini, Bangsa Indonesia yang merdeka  karena kemampuan bangsa ini sendiri untuk memerdekakan diri agar bisa berdiri sejajar dengan bangsa lain serta dihormati martabatnya sebagai sebuah bangsa, dan juga kami sungguh sangat menaruh hormat kepada pemimpin pendiri bangsa ini dan para pahlawan pembela tanah air, walaupun kami mengetahuinya hanya melalui jejak sejarah yang telah mereka torehkan,..........

Dunia Akherat mereka akan dihargai setimpal dan dimuliakan oleh Yang Maha Esa.......amiin.