Rabu, 03 November 2010

Rakyat Dan Pemimpin Dalam Suatu Bangsa

Sering kita melihat kedekatan atau rasa kasih sayang yang tulus antara rakyat dengan pemimpinnya di suatu bangsa yang tersiar di tv. Saat musibah begitu larut pemimpinnya ikut dalam proses penyelamatan seperti di chile, atau kita melihat begitu bersuka-citanya masyarakat menyambut kedatangan pemimpinnya ke daerah mereka, tergambarkan di sepanjang jalan dimana pemimpin mereka akan melewati jalan itu, rakyatnya berjejer di sepanjang jalan dengan pakaian rapi dan bersih, dengan sepatu yang disemir mengkilap, dengan topi yang indah dan dengan senyum yang selalu tersungging di bibir mereka serta mengkibar-kibarkan bendera kecil-kecil bendera mereka , begitu indah pemandangan seperti itu saat kita menyaksikannya melalui siaran luar negeri, rakyat dan pemimpin yang saling mencintai, saling menjaga dan menolong.

Gambaran seperti di atas itu jelas dapat terwujud karena rakyat merasakan apa yang telah pemimpin mereka lakukan demi keadilan dan kemakmuran mereka, pemimpin juga merasakan bagaimana dukungan rakyatnya dalam segala bidang pembangunan demi mewujudkan kemakmuran dan keadilan itu.

Kapankah kita Bangsa Indonesia akan mengalami keindahan seperti gambaran tersebut di atas, saya yakin hal itu kelak akan terwujud, tergambar dalam benak saya jika kelak itu telah kita rasakan bersama, betapa kita rakyat biasa begitu bersemangat mempersiapkan penyambutan pemimpin kita, masing-masing diri kita memilih baju yang terbagus, menggosoknya dengan rapi untuk dikenakan, kita menyemir sepatu kita hingga mengkilap, serta mengajak anak kita, saudara kita dan teman-teman kita untuk bersama-sama menyambut pemimpin kita di sepanjang jalan dengan suka cita dan pemimpin kita juga bahagia melihat rakyatnya hidup berkecukupan bisa berpakaian rapi, bersepatu mengkilap dan melihat senyuman sepanjang jalan, pada hari itu kita tinggalkan rutinitas kerja dan kegiatan kita sehari-hari tanpa perlu kawatir kita akan kehilangan pekerjaan kita, kehilangan kesempatan mencari nafkah, pokoknya kita semua hari itu bersuka cita.

Akan tetapi itu kelak bukan sekarang, yang ada sekarang adalah kebalikan dari gambaran di atas, seperti yang kita lihat dan rasakan setiap hari dalam kehidupan kita sebagai Bangsa Indonesia. Masih banyak sekali rakyat yang melihat pemimpinnya dengan rasa gundah, kecewa, iri, dengki, marah. Mereka setiap hari melihat kemewahan yang tak pernah dia sentuh sepanjang hidupnya. Jangankan terlihat rapi seperti yang dipakai dan dikenakan pemimpinnya, saat ini yang mereka pakai dan kenakan saja sudah sangat lusuh dan kumal itupun kebanyakan mereka beli dari baju bekas import. Jangankan makan seperti yang dimakan pemimpinnya, untuk makan tiga kali dengan tanpa kecukupan gizi saja mereka bagai meraih angin. Jangankan bisa tidur nyenyak diatas pualam, bisa memicingkan sejenak matanya diatas kardus bekas saja sudah merupakan keberuntungan bagi mereka.

Apakah tidak ada rasa malu dalam diri para pemimpin kita, ketika mereka melihat kenyataan seperti itu, saya yakin mereka tak pernah mendapatkan senyum tulus dan ramah dari rakyatnya, pada saat mereka berkunjung ke daerah-daerah. Kalau kita lihat saat pemimpin mengunjungi suatu daerah, gayanya (maaf) seperti “mandor”, tunjuk sana, tunjuk sini, instruksi ini, instruksi itu, apalagi dalam kunjungan yang diakibatkan bencana alam, rakyat yang begitu menderita dan ketakutan dijadikan alat untuk menarik simpati, dengan menitik-nitikan air matanya setelah pulang kembali ke istananya masing-masing ya sudah mereka lupa akan penderitaan rakyat, jadi jangan salahkan rakyat jika pada akhirnya rakyat menganggap bencana itu karena kesalahan pemimpin mereka yang tidak amanah, mereka tidak bisa lagi berpikir jernih terhadap terjadinya bencana tersebut.

Kok tidak seperti pemimpin yang kita lihat dalam siaran luar negeri ya, pemimpin jarang membahas hal yang teknis dalam satu kunjungan, mereka hanya bersuka-cita, beramah-tamah antara rakyat dan pemimpinnya, karena kebijakan yang diambil telah tepat dan berguna, maka gaya mandor tidak terlihat dalam kunjungan pemimpin itu, segenap aparatnya sudah menjalankan kebijakan pemimpin yang diputus menjadi kebijakan negara dengan baik dan benar, tidak melenceng kesana-kemari.

Biasanya sebuah negara saat membangun industrinya tentu dengan harapan rakyatnya bisa menikmati atau memiliki hasil industri tersebut, sebagian eropa mengembangkan industri pertanian dan peternakan dan rakyatnya bisa membeli hasil industri tersebut, seperti, roti, susu, keju, dan lainnya. sebagian negara asia dan eropa membangun industri otomotif dengan mendirikan pabrik-pabrik otomotif dan rakyatnya bisa beli produk-produk otomotif tersebut, begitu juga amerika ada pabrik ford, rakyatnya bisa beli itu ford. Lha kalau di Indonesia ada pabrik sepatu nike, tapi rakyatnya tidak mampu untuk membelinya, belinya ya made in cibaduyut (bukan karena cinta produk dalam negeri), ada pabrik elektronik politron, sony, sharp dan lain-lain, tapi rakyat mampunya beli produk elektronik merek changhong, izunli, atau beli sony, politron, sharp tapi yang paling murah harga dan paling minim kualitasnya bahkan hanya mampu membeli barang bekas.

Kalau demikian kemana sebetulnya keuntungan dari adanya industri tersebut? 
Sebuah tanda tanya, mengapa rakyat selalu tidak bisa memiliki apa yang mereka ciptakan dalam industri itu, padahal mereka bekerja di industri tersebut. Jawabannya adalah KETIDAK ADILAN, dimana pengusaha berusaha meraih keuntungan sebanyak mungkin dengan cara menekan upah seminim mungkin, tidak peduli upah itu cukup untuk hidup karyawan dan keluarganya, tidak peduli karyawannya apakah bisa beli yang mereka produksikan, karena mereka jualnya untuk ekspor (alasannya), jadi Rakyat Indonesia tidak bisa beli dan tidak mampu beli juga tidak ada masalah. Hal tersebut jelas dilihat nyata-nyata oleh para pemimpin pembuat kebijakan dan pengawas peraturan, tapi ya kenyataannya rakyat kita hidupnya masih seperti tersebut di atas.

Apakah para pemimpin nuraninya tidak terketuk…?, apakah para pemimpin mata hatinya buta…?

Kita tentu semuanya berharap akan muncul pemimpin yang memiliki nurani dan mata hati yang selalu terbuka, agar mampu melihat keadaan rakyat dan bangsa ini secara lebih adil, pemimpin yang tahu kapan dia harus membantu golongan satu dan melepaskan bantuan pada golongan lain yang telah mandiri.

Kami mengharapkan akan ada pemimpin yang sudah hapal di luar kepalanya dan memahami serta menerapkan dalam kebijakannya apa yang ada dalam PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945, agar pantas dia disebut sebagai PEMIMPIN.

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.