Rabu, 13 Oktober 2010

FIGUR pemimpin bangsa saat ini DALAM PANDANGAN SAYA

Dalam kurun waktu tahun yang masih cukup dihitung dengan jari tangan, kita merasakan perubahan sikap, mental, moral, etika, dan pandangan hidup bangsa ini telah mengalami degradasi yang sangat besar. Hal ini menjadi bukti bahwasanya apa yang di cita-citakan bangsa ini saat PROKLAMASI semakin jauh dan melenceng dari tujuannya.

Sebuah kegagalan bangsa adalah cermin dari kegagalan para pemimpinnya dalam mengemban mandat yang telah diamanatkan padanya, kita sering mendengar ucapan para pemimpin : “saya syukuri apa yang telah diamanatkan pada saya“, ini adalah kata-kata ungkapan yang muncul dari cermin jiwanya yang muncul dalam ucapannya itu.

Sebuah amanat itu adalah tanggung jawab, bukannya hadiah yang membuat anda bersenang-senang menikmatinya dan menggunakan semau sendiri, anda harus mempertanggungjawabkan kepada kami yang telah mempercayakan tanah air ini untuk diatur dan dikelola dengan baik dan bertanggungj jawab.

Setiap hari, pagi, siang, sore, rakyat selalu merasakan kemacetan bersama ribuan bahkan jutaan masyarakat lainnya. Sering saat kemacetan di jalan-jalan protokol (kawasan elite kalau orang bilang), dan saat kita rakyat biasa harus menahan diri serta bersabar, sering kali terdengar suara raungan sirine dari patwal, mencari jalan dengan menyuruh minggir orang lain untuk jalan kendaraan yang dikawalnya, biasanya sih satu rombongan 2 atau 3 mobil dengan warna hitam kaca gelap, yang masyarakt bilang mobil “pejabat anu” sama sekertaris dan ajudannya.

Dan jika melewati jalan-jalan yang bukan protokol selain macet, itu jalan bentuknya sudah sama dengan jalan kerbau, kalau musim panas debunya beterbangan, dan jika musim hujan bisa untuk memelihara ikan lele, kenapa bisa ya begitu dalam satu area wilayah ibukota saja sudah ada perbedaan kualitas jalan, kalau jalan yang setiap hari dilalui pejabat, harus mulus, jam-jam tertentu ditutup untuk masyarakat umum karena pemimpin mau lewat,  tapi jalan buat rakyat  sama dengan jalan kerbau.

Pernahkah pemimpin melakukan perjalanan darat melalui jalan PANTURA?  saya yakin tidak pernah, pemimpin tidak tahu seperti apa tingkat kenyamanan dan keamanan jalan tersebut yang merupakan urat nadi perekonomian di Indonesia. Itu yang namanya jalan sepanjang tahun mengalami perbaikan terus, tapi kok ya nggak baik-baik, nggak mulus-mulus, tentunya banyak sebab dalam hal ini, antara lain kualitas jalan yang memang tidak layak karena adanya permainan, atau muatan kendaraan angkutan barang yang melebihi syarat muatan yang diharuskan? (jawabannya : ya keduannya itu semua sama-sama melakukan pelanggaran terhadap hukum dan peraturan)

Pernahkah para pemimpin ini melakukan kunjungan ke daerah-daerah secara tidak resmi, yang sekarang istilahnya non protokoler, dan melihat sesuatu secara alamiah tanpa polesan dari pejabat daerah yang dikunjunginya, agar tahu secara langsung apa yang ada pada masyarakat, tidak melalui sekretaris, staf ahlinya (rombongan kroco pilek yang tidak memahami dan suka mengkhianati bangsanya sendiri).

Cobalah sedikit anda membuka mata dengan nurani anda sendiri, agar kami yakin andalah pemimpin kami, yang membela kami dari ketidak adilan, membela kami dalam bidang ekonomi, membela kami dalam bidang hukum, membela kami dalam HAM, membela kami dalam diskriminasi, membela kami dalam beribadah dan yang sangat kami harapkan adalah MEMBELA TANAH AIR BERSAMA KAMI SELURUH RAKYAT INDONESIA DEMI HARKAT DAN MARTABAT BANGSA.